Mojokerto – Kenaikan sampah yang di hasilkan dari limbah rumah tangga warga kota mojokerto di perkirakan 10 tahun mendatang akan membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan diperkirakan akan mengalami overload.
Dari informasi yang ada, selama setahun terakhir ini limbah rumah tangga mencapai 80 ton perhari di mana sebelumnya hanya 70 ton perhari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mojokerto, Ikromul Yasak rabu 30/10 menjelaskan bahwa kenaikan sampah di picu banyaknya perumahan baru serta pertokoan baru di wilayah kota.
Selain itu melihat hal ini hingga kini Pemkot setempat terkesan tak bergeming menyikapi tren ini. Nyatanya, hingga kini pemkot masih belum juga menyiapkan lahan pengganti TPA lama yang hanya seluas 4 hektar di tapal batas kota.
Gagasan membuat tempat pengolahan sampah hilir di kawasan Blooto dan Pulorejo yang muncul di era Walikota Abdul Gani Soehartono pun tak lebih dari sekedar lips service belaka.
“Tidak anggaran. Belum ada ancang-ancang mencari lahan karena anggaran,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mojokerto, Ikromul Yasak, menjawab pertanyaan wartawan, Rabu (30/10).
Selain gembar-gembor soal pengadaan TPA di Blooto dan Pulorejo, TPA ini pun sedianya diperluas dengan membeli lahan milik dua orang pengusaha kakap di sisi barat. Namun rencana yang kabarnya bakal gol dua tahun silam tak lebih dari isapan jempol belaka. Rencana tersebut nyatanya hanya mimpi siang bolong.
Ia memprediksi dengan beban produksi yang meningkat maka kekuatan daya tampung TPA ini sampai bertahan paling tidak 10 tahun kedepan. “Sampai sepuluh tahun kedepan. Upaya kita untuk itu yakni dengan cara menekan produksi sampah dengan memilah mulai tingkat hulu ke hilir,” urainya.
Untuk itu, ia getol melakukan pemilahan sampai bernilai ekonomi di TPS dan mengirim residu murni ke TPA. “Residu itu yang akan ditimbun,” pungkasnya. (roe)