
Lenterainspirstif.com | Ternate – Ratusan Masyarakat Kelurahan Sulamadaha, Kecamatan Kota Ternate Barat, melaksanakan kegiatan Ritual Uci Gowong Tahun 2020, dengan tujuan untuk hindari segala macam penyakit yang ada di Kelurahan Sulamadaha. Senin (29/06/2020).
Ritual Uci Gowong di lakukan ada beberapa tahap yakni :
1. Ziarah Keramat 4 Soa, di antaranya, Tabanga, Toma Afu, Yalafai dan Sula.
2. Tawaf Keliling Kampung Selama 3 Malam.
3. Siboso Gam (Menenangkan Kampung Selama 4 Hari Dari Bunyi-Bunyian Seperti Musik, Bunyi Klakson sepeda motor dll. 4. Ziarah dan Pembacaan Do’a.
Abdul Rajak Abdullah, sebagai perwakilan dari 4 soa, saat di temui awak media usai Ritual Uci Gowong, pihaknya menceritakan sedikit perjalan sejarah dari 4 Soa di kelurahan sulamadaha.
Ia menceritakan sedikit sejarah ritual ini, kaitannya dengan masuknya masyarakat sula di sulamadaha, bahwa awalnya tempat ini di sebut secara marga masih ada tiha yaitu, Tabanga, Toma Afu, dan Yalafai.
“Terus datangnya masyarakat sula ke ternate, dengan membayar Upeti di Kedaton ternate, jadi serentak masyarakat sula tidak bisa pulang ke daerah asal, karena lantaran cuaca yang buruk, akhir masyarakat sula pergi ke utara sampai di bagian batasan marga Tabanga, dan mereka minta izin untuk sementara tinggal di masyarakat Marga Tabanga, yang itu berkisar Tahun 1912,” Ucapnya.
Lanjutnya, hingga marga tabanga pun menerima dengan senang hati, dan menyampaikan, “di sini wilayahnya besar, jadi kalian pergi ke Ito yang sekarang di kenal dengan Pantai Sulamadaha, dan pantai Ito (Teluk) itu di tempati oleh warga Toma Afo. Sesampainya di situ warga toma Afo, memberikan sebuah syarat ke masyarakat sula, dengan syarat, “Kamu lempar di atas perahu, di mana batu jatuh ke situ, itulah kalian punya tempat”.
Kata dia, jadi langsung pangeran dari sula lempar dan di jaga-jaga oleh kapita dari sula, hingga batu itu belum jatuh sampai ke tanah, kapita sula langsung menendang batu itu dengan kejauhan sekitar 1 Km, maka dari masyarakat Toma Afo langsung katakan, “Sula To Madaha Raima (Sula Sudah Di Dalam)”.
Tak lama kemudian kata Abdul, Warga Toma Afo memberikan kepercayaan terhadap Sula untuk menjaga pantai Ito tersebut atau menempati di pantai Ito, karena Warga Toma Afo berpindah tempat di sampingnya Wisata Jikomalamo.
Kaitanya dengan prosesi tadi, lanjut Abdul, itu sula waktu masuk di pantai Tabanga, Sula ambil pasir di situ dengan membawa di atas laut, lalu di taburkan di atas laut, maka terjadi dangkal di antara hiri dan sulamadaha, maka di beri nama Pasi Janga-Janga.
Jadi sejarah masuknya orang sula masuk ke sulamadaha itu melalui prosesi izin ke tabanga, ke toma afo dan di sanggupi oleh Toma Afo dan sampai hari ini namanya Sula To Madaha (Sula Sudah Di Dalam) maka di singkat dengan sebuah perkampungan yaitu Sulamadaha.
Lebih lanjut Abdul menjelaskan, Sulamadaha artinya sula yang awalnya di laut kemudian masuk kedalam (di daratan), jadi sula to madaha raima (sula dari laut ke darat).
“Jadi insya allah sudah di lunching secara umum bahwa kegiatan ini akan di laksanakan setiap tahun di bulan langit bulan Safar, dan ini ada hubungannya dengan Ritual Uci Dowong (Turun Di Pantai) artinya pelaksanaan Ritual itu di laksanakan di pantai.
Abdul bilang, Kegiatan ini sangat sakral, karena awal sampai akhir itu doa-doanya sangat luar biasa, jadi bukan ini memberikan makan jin-jin.
“Prosesi kegiatan ini di lakukan selama 3 minggu, yang pertama Pembersihan Lingkungan, termasuk kuburan umum dan karamat-karamat, kemudian kedua Ziarah ke karamat, dan minggu terakhir Ziarah ke Karamat langsung turun di laut untuk melakukan ritual terakhir di laut, dengan menabur nasi kuning di laut. Karena dulunya mereka tabur dengan pasir hingga jadi Rep, jadi tempat-tempat itu di karamatkan sampai saat ini,” Jelasnya.
“Ada juga ritual yang lebih sakral lagi itu melakukan tawaf keliling kampung, agar menghindari segala macam penyakit di kampung,” Tutupnya.
Sementara Lurah Sulamadaha Safra Ismail, saat di konfirmasi, pihaknya menyampaikan, Tujuan utama melakukan kegiatan Uci Gowong adalah untuk mengusir segala macam penyakit yang terjadi di kelurahan sulamadaha, kata Dia, juga kebetulan tahun ini di laksanakan karena kondisi Covid-19.
Jadi kata Lurah, rangkaian kagiatannya seperti tawwaf keliling kampung agar mengusir penyakit-penyakit dan roh-roh jahat yang ada di kelurahan.
Lurah bilang, Untuk program tersebut sudah banyak di usulkan oleh masyarakat, agar di masukan di dalam anggaran DK, hanya saja kata Lurah, karena memang kondisi Covid-19, maka anggaran DK pun belum di cairkan. (Toks).