Lenterainspiratif.id | Tips – Bepergian dengan motor memang praktis, terutama jika tinggal di kota-kota besar. Kondisi jalanan yang macet membuat bepergian dengan motor terasa menggoda. Namun, apakah hal tersebut tetap boleh dilakukan jika bepergian dengan bayi?
Baru-baru ini ada bayi berusia 6 bulan meninggal dunia setelah diajak kedua orang tuanya naik motor dari Tegal demi menonton pertandingan bola di Surabaya. Tentunya hal tersebut memang terlalu beresiko dan membahayakan.
Berikut ini adalah resiko mengajak bayi naik motor:
1. Sistem pernapasan rentan mengalami gangguan
Kekuatan alat pernapasan bayi belum sekuat orang dewasa, sehingga sangat berbahaya baginya untuk menghirup polusi yang terkandung di udara. Ketika menaiki motor, bayi akan berada di kerumunan pengendara lain. Hal ini membuat bayi harus menghirup udara kotor dari asap kendaraan bermotor.
Pada paru-paru bayi, alveolus yang berfungsi untuk menangkap oksigen juga belum terbentuk sempurna. Penyaringan juga masih belum optimal sehingga kemungkinan terserangnya gangguan pernapasan menjadi lebih besar.
2. Risiko keselamatan bayi dari kecelakaan sangat kecil
Washington Attorney General Opinion di tahun 1984 menetapkan bahwa membawa anak berusia di bawah 5 tahun dengan menggunakan motor adalah tindakan yang melanggar hukum. Hal ini dikarenakan besarnya risiko kematian yang bisa dialami bayi apabila motor mengalami kecelakaan.
Perlengkapan perlindungan dalam berkendara sepeda motor sudah tersedia orang dewasa dan anak-anak berusia lebih dari 3 tahun, sehingga dapat meminimalkan risiko kematian akibat kecelakaan. Sementara pada bayi, risiko kematin akibat kecelakaan sangat besar karena tidak ada peralatan perlindungan yang menunjang.
3. Bayi mudah mengalami stres
Sebagai orang dewasa, kemacetan tentu membuatmu stres apalagi jika hal ini dialami oleh seorang bayi. Polusi suara di jalan raya serta paparan matahari dan debu secara langsung akan membuat bayi mudah mengalami stres. Tekanan ini semakin bertambah ketika ibu menutupinya dengan selimut demi melindungi tubuh Si Kecil dari polusi namun justru membuat ia merasa panas dan sesak.
Kondisi ini akan semakin parah apabila perjalanan yang ditempuh lebih dari setengah jam. Rasa stres pada anak dapat mengganggu perkembangan psikologis dan emosi buah hati. Selain itu, bayi menjadi lebih mudah rewel yang akhirnya juga bisa mengganggu konsenterasi pengendara sehingga risiko kecelakaan menjadi lebih besar.
4. Risiko demam dan gangguan tenggorokan menjadi lebih besar
Cuaca yang terlalu panas akan membuat bayi mengalami demam, apalagi jika terjadi perubahan suhu secara drastis. Perpindahan dari ruangan dengan pendingin ke jalanan yang terik akan membuat tubuh bayi mengalami kesulitan beradaptasi. Hal ini dapat mengganggu kesehatan tubuh bayi yang bisa berlanjut pada demam.
Selain itu, polusi udara membuat bayi ingin mendapatkan oksigen dalam jumlah banyak sehingga mulutnya kerap terbuka. Tanpa disadari, debu dan kotoran akan lebih mudah masuk ke area mulut melalui udara yang ia hirup. Inilah yang membuat bayi rentan mengalami peradangan di area tenggorokan.
5. Adanya risiko kematian akibat kekurangan oksigen
Dalam menempuh perjalanan, terutama jika jarak cukup jauh, orang tua cenderung melindungi anak dengan kain berlapis saat hendak bepergian menggunakan motor. Tanpa orang tua sadari bahwa hal itu hanya akan membuat anak kesulitan bernapas. (Met)