Lenterainspiratif.id | Sejarah – Museum Trowulan adalah sebuah museum arkeologi yang menjadi salah satu museum arkeologi di Mojokerto. Pada museum Majapahit inilah yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan artefak-artefak yang ditemukan di sekitar Trowulan. Selain itu museum Trowulan ini juga menyimpan penemuan-penemuan artefak dari kerajaan Kahuripan, Kediri, dan Singosari.
Gedung museum ini selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda sejarah, juga berperan sebagai tempat studi sejarah. Anak Nusantara bisa melihat hasil-hasil kebudayaan jaman kuno melalui koleksi-koleksi dalam Museum Trowulan Mojokerto di Jawa Timur.
Sejarah Museum Trowulan Mojokerto
Sejarah dari Museum Trowulan Mojokerto berawal dari seorang bernama Sir Thomas Stamford Raffles. Beliau adalah seorang gubernur jenderal Jawa yang menemukan reruntuhan kota kuno di sekitaran Trowulan pada sekitar tahun 1811-1816. Kemudian setelah itu, Raffles melaporkan temuan-temuan yang tersebar di sekitaran Trowulan tersebut.
Wilayah Trowulan pada awalnya masih berupa hutan jati, sehingga sulit untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dan terperinci. Dalam hal untuk mengatasi penjarahan dan penggalian yang ilegal maka dibangunlah sebuah gudang sederhana. Selain untuk menghindari hal tersebut, gedung sederhana itu dibangun juga guna untuk menyimpan hasil-hasil temuan tersebut.
Museum ini sempat ditutup untuk umum ketika masa pendudukan Jepang tahun 1942. Hal itu terjadi dikarenakan Bupati Mojokerto ditawan oleh Jepang. Museum Trowulan dianggap penting untuk dijaga asset-aset tersebut, maka pemerintah mengambil alih pengelolaannya.
Maka dari itu, semenjak Indonesia merdeka, Museum Trowulan Mojokerto dikelola oleh lembaga Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (S PSP) yang saat ini disebut Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur. Tidak hanya untuk mengelola museum tapi juga melakukan perlindungan peninggalan-peninggalan kuno yang tersebar di wilayah Jawa Timur.
Karena jumlah koleksi terus bertambah Museum Trowulan bergeser ke tempat yang lebih luas. Lokasi museum yang baru berjarak sekitar 2 KM ke selatan dari tempat semula dan masih di areal situs Trowulan. Perpindahan tersebut kemudian merubah nama Museum tersebut menjadi Balai Penyelamatan Arca. Penamaan tersebut didasarkan atas fungsinya, yaitu sebagai tempat penyelamatan arca dan sejenisnya. Walaupun museum tersebut telah berganti nama, namun masyarakat masih mengenal dengan nama Museum Trowulan.
Jumlah koleksi Museum Trowulan semakin bertambah banyak pada tahun 1999 karena adanya pemindahan dan penggabungan koleksi dari Gedung Arca Mojokerto dengan Museum Trowulan. Kemudian pada tahun 2008 tepatnya pada tanggal 3 November secara resmi berganti nama dari Museum Trowulan menjadi Pusat Informasi Majapahit (PIM).
Koleksi Museum Trowulan Mojokerto
Berikut klasifikasi yang menjadi beberapa kelompok dapat Munus berikan, sebagai berikut:
Koleksi Tanah Liat (Terakota)
a. Koleksi Terakota Manusia
b. Alat-alat Produksi
c. Alat-alat Rumah Tangga
d. Arsitektur.
Koleksi Keramik.
Koleksi keramik yang dimiliki oleh Museum Trowulan berasal dari beberapa negara asing. Negara-negara tersebut adalahCina, Thailand dan Vietnam. Keramik-keramik tersebutpun memiliki berbagai bentuk dan fungsi, seperti guci, teko, piring, mangkuk, sendok dan vas bunga.
Koleksi Logam.
Museum Majapahit dengan koleksi Benda Cagar Budaya berbahan logam dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, seperti koleksi mata uang kuno, koleksi alat-alat upacara seperti bokor, pedan, lampu, cermin, guci dan genta, dan koleksi alat musik.
Koleksi Batu.
Koleksi Benda Cagar Budaya yang berbahan batu berdasarkan jenisnya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut, miniatur dan komponen candi, arca, relief, prasasti.
Sementara itu, koleksi Benda Cagar Budaya yang berbahan batu yang dimiliki oleh Museum Majapahit, juga terdapat alat-alat dan fosil binatang dari masa prasejarah.