Budaya, LenteraInspiratif.id – Bulan suci Ramadan semakin dekat. Bagi umat Islam yang masih memiliki hutang puasa Ramadan tahun lalu karena uzur syar’i, seperti sakit, bepergian jauh, atau haid, hendaknya segera menggantinya sebelum Ramadan berikutnya tiba. Dalam Mazhab Syafi’i, meng qadha puasa wajib dilakukan sebelum Ramadan tahun berikutnya, kecuali ada uzur yang dibenarkan syariat. Jika melewati batas tersebut tanpa alasan yang sah, maka selain meng qadha, diwajibkan pula membayar fidyah.
Masih banyak masyarakat yang belum memahami kewajiban ini. Ada yang menunda hingga bertahun-tahun, ada pula yang mengira cukup dengan membayar fidyah tanpa meng qadha. Padahal, dalam Mazhab Syafi’i, fidyah hanya berlaku bagi mereka yang tidak mampu berpuasa sama sekali, seperti orang tua renta atau penderita penyakit kronis. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk memahami tata cara mengganti puasa dengan benar agar ibadahnya sah dan diterima oleh Allah SWT.
1. Niat Mengganti Puasa (Qadha)
Dalam Mazhab Syafi’i, niat merupakan rukun yang sangat penting dalam ibadah puasa. Niat puasa qadha harus dilakukan setiap malam sebelum fajar. Berikut adalah lafaz niat yang dianjurkan:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadha’i fardhi syahri Ramadhana lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadan esok hari karena Allah Ta’ala.”
Niat ini cukup diucapkan dalam hati tanpa perlu dilafalkan secara lisan. Waktu niat dimulai sejak terbenamnya matahari hingga sebelum terbit fajar.
2. Tata Cara Mengganti Puasa
Pelaksanaan puasa qadha sama dengan puasa Ramadan, yaitu:
Menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.
Menghindari perbuatan yang dapat mengurangi pahala puasa, seperti berbohong, menggunjing, dan perbuatan tercela lainnya.
3. Membayar Fidyah bagi yang Tidak Mampu Mengqadha
Bagi mereka yang tidak mampu berpuasa dan tidak ada harapan untuk bisa mengqadha, seperti orang tua renta atau penderita penyakit kronis, kewajibannya diganti dengan membayar fidyah. Fidyah adalah pemberian makanan pokok kepada fakir miskin sebagai pengganti puasa yang ditinggalkan. Takaran fidyah menurut Mazhab Syafi’i adalah satu mud, setara dengan 543 gram bahan makanan pokok seperti beras atau gandum, untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
4. Batas Waktu Mengganti Puasa
Puasa yang ditinggalkan sebaiknya diganti sebelum datangnya Ramadan berikutnya. Jika seseorang menunda qadha tanpa uzur hingga melewati satu Ramadan, maka selain mengqadha, ia juga diwajibkan membayar fidyah untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.
Kesimpulan
Mengganti puasa Ramadan yang ditinggalkan adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang memiliki uzur syar’i. Memahami niat, tata cara, serta ketentuan fidyah sangat penting agar ibadah yang dilakukan sah dan diterima oleh Allah SWT. Dengan menunaikan kewajiban ini sebelum Ramadan tiba, seorang Muslim dapat menyambut bulan suci dengan hati yang tenang dan penuh ketakwaan.