Mojokerto, LenteraInspiratif.id – Tim arkeologi dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur kembali turun ke lapangan untuk melakukan ekskavasi lanjutan di kompleks situs bersejarah Bhre Kahuripan dan Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Ekskavasi yang dimulai sejak 23 Juli dan dijadwalkan berlangsung hingga 7 Agustus 2025 ini menyasar dua titik utama. Pertama, struktur berbentuk bintang (mandala) yang berada di Situs Klinterejo. Kedua, dugaan pagar keliling di sisi selatan Candi Bhre Kahuripan.
Ketua Tim Ekskavasi, Muhammad Ichwan, menjelaskan bahwa tujuan utama dari penggalian ini adalah untuk mengungkap bentuk lengkap mandala dan struktur pagar selatan yang selama ini belum tergali secara utuh.
“Di sektor mandala, kami menargetkan untuk menampakkan bentuk bintang secara penuh, khususnya bagian lancip di sisi selatan. Sedangkan di sektor Bhre Kahuripan, kami fokus pada pagar selatan yang diperkirakan memiliki panjang 120 meter dan tebal sekitar 130 cm,” ungkap Ichwan saat dikonfirmasi, Jumat (25/7/2025).
Ichwan menyebutkan bahwa struktur mandala diduga kuat memiliki fungsi simbolis atau religius, dan tim masih melakukan kajian lanjutan untuk memperkuat interpretasi itu. Lokasi ekskavasi di sektor mandala berada di atas lahan milik Tanah Kas Desa (TKD) Klinterejo, sementara lahan di sisi selatan Candi Bhre Kahuripan telah dibebaskan oleh BPK.
Ekskavasi ini merupakan kelanjutan dari penggalian sebelumnya yang telah menemukan jejak pilar dan pagar di sisi utara candi. Pilar-pilar tersebut memiliki dimensi 2,8 x 2,8 meter dengan jarak antar pilar sekitar 20 meter. Sementara itu, struktur pagar yang menyatu dengan pilar memiliki tebal sekitar 1 meter.
Berdasarkan jejak gapura di sisi utara serta dugaan struktur pagar di sisi selatan, Ichwan memperkirakan terdapat dua akses masuk utama menuju kawasan candi, yaitu dari arah utara dan selatan.
Candi Bhre Kahuripan sendiri merupakan bangunan persegi 14×14 meter berbahan batu andesit dengan yoni di tengah, bertarikh 1294 Saka atau 1372 Masehi. Di dalam sumur candi, pernah ditemukan lempeng emas berbentuk kura-kura serta arca setinggi 2 meter, meski kini kondisinya rusak berat.
Candi ini diyakini merupakan tempat pendharmaan bagi Ratu Tribhuwana Tunggadewi, ibu dari Raja Hayam Wuruk pada masa kejayaan Majapahit. Kompleks candi dikelilingi pagar besar dengan dimensi 183 meter dari barat ke timur dan 121 meter dari utara ke selatan.
Sisi barat menjadi pintu masuk utama yang dihubungkan oleh tiga tapak gapura berbentuk salib (cruciform) dengan ukuran 26×20 meter. Ekskavasi sebelumnya juga menemukan lima pilar besar di sisi utara, masing-masing berdenah bujur sangkar 3,7×3,8 meter dan berjarak sekitar 40 meter satu sama lain.
Kini, giliran sisi timur dan selatan yang jadi fokus. Sisi timur masih terkendala jalan aspal penghubung desa, sementara sisi selatan mulai digali dalam ekskavasi terbaru.






