Daerah

Dianggap Sering Buat Keonaran, Mahasiswa Asal Papua Sudah Diingatkan Warga

foto : istimewa

Malang, Lentera Inspiratif.com
Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang dianggap membuat keonaran sudah sering diperingatkan oleh sejumlah warga yang berada di Jalan MT Haryono Gang 8 C RT 3 RW 4, Dinoyo, Malang, Jawa Timur. Pasalnya, Aliansi Mahasiswa Papua yang dianggap tak menjaga kearifan lokal, sehingga membuat warga kesal. Dan klimaks kekesalan warga adalah rencana adanya diskusi dan pemutaran film Papua Merdeka yang dilakukan di sebuah rumah kontrakan, Minggu (01/07/2018).

"Mengenai insiden kemarin, sebelumnya kita mendapatkan informasi dari medsos adanya pemutaran film itu. Dan sebelumnya, perangkat kampung dan sejumlah warga datang untuk memberi imbuan, agar tak dilakukan pemutaran film. Dan ini sifatnya imbauan, "ungkap Didit Widianto, Ketua RT 3, pada Senin (02/06/2018).

Keresahan masyarakat sekitar terkait aktifitas Aliansi Mahasiswa Papua sebenarnya sudah berlangsung lama. Dan Ia sering mendapat laporan tindakan arogan beberapa anggota organisasi itu.

"Keresahan masyarakat sebenarnya sudah berlangsung lama mulai parkir tidak aturan, buang air ludah sembarangan. Dan juga Mabuk serta ada peliharaan anjing yang tidak dikurung tidak diikat. Padahal, itu menggangu anak kecil dan warga yang mau sholat di masjid, "ujarnya.

Didit menjelaskan, perbuatan mahasiswa itu dianggap tidak bisa menjaga kearifan lokal. Serta, puncak kekesalan warga sekitar adalah rencana pemutaran film Papua Merdeka. Dan warga setempat menolak, dan peristiwa itu pun sempat membuat suasana tegang dan terjadi kericuhan.

"Kita tidak bisa membiarkan pemutaran film Papua Merdeka, karena semuanya harus NKRI harga mati. Dan sebetulnya jika mahasiswa Papua tinggal di Malang mau mengikuti aturan yang berlaku, maka semuanya akan damai, "jelasnya.

Didit menambahkan, rumah yang digunakan sebagai seketariat mahasiswa itu awalnya digunakan oleh sekitar 6 orang. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah penghuni kontrakan semakin banyak. Dan ironisnya, mereka juga menolak menyerahkan administrasi kependudukan.

"Terkait izin, mereka tidak pernah menghubungi perangkat kampung. Kita mau ketemu kordinator mahasiwa, mereka selalu alasan sedang keluar. Dan warga disana tidak bisa bertemu. Dan katanya sekretariat mahasiswa, tapi kok dibuat tempat tidur cewek cowok jadi satu, "pungkasnya. (ro)

Exit mobile version