Inspiratif

Dari Gulma Jadi Berkah: Kisah Suliadi Mengolah Eceng Gondok jadi Kreatifitas Bernilai Jual

Hasil pengolaan

Namun, perjalanan bisnisnya tak selalu mudah. Sebelum pandemi, ia mempekerjakan hingga 35 orang, tapi saat krisis melanda, jumlah pekerja menyusut drastis. Kini, ia bertahan dengan 3-4 orang saja, mengandalkan pemasaran lokal dan platform online seperti Shopee.

 

Proses pembuatan kerajinan dimulai dengan pengambilan eceng gondok dari sungai, pemotongan, lalu pengeringan yang memakan waktu 7-14 hari, tergantung kondisi cuaca. Setelah kering, tanaman ini siap diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

 

Harga produknya pun bervariasi, mulai dari tatakan gelas seharga Rp3.000 hingga kursi berbahan eceng gondok yang bisa mencapai Rp250.000. Permintaan datang dari berbagai daerah, termasuk Surabaya, Malang, hingga luar Jawa. Banyak pelanggan menemukannya melalui pencarian online.

 

Bagi Suliadi, usaha ini lebih dari sekadar bisnis. Ia ingin terus memberdayakan masyarakat sekitar dan menciptakan solusi bagi lingkungan. “Yang terpenting, para pekerja di sini bisa tetap berproduksi, supaya dapur mereka tetap mengepul,” tuturnya penuh harap.

 

Melalui kerja keras dan inovasi, Suliadi membuktikan bahwa tantangan bisa diubah menjadi peluang. Dari gulma yang dulu dianggap tak berguna, kini lahir produk kreatif yang membuka jalan bagi keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. (Tyas)

 

 

Exit mobile version