BudayaDaerahJawa TimurWisata

Terungkap Candi Bajang Ratu Memiliki Tiga Versi Sejarah

Terungkap Candi Bajang Ratu Memiliki Tiga Versi Sejarah
Candi Bajang Ratu
Terungkap Candi Bajang Ratu Memiliki Tiga Versi Sejarah
Candi Bajang Ratu
lenterainspiratif.id | Mojokerto –  Candi Bajang Ratu atau Gapura Bajang Ratu merupakan salah satu dari sekian banyak peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Tempat ini dipercaya sebagai pintu masuk ke komplek suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegra. Namun, ternyata candi ini memiliki versi sejarah yang lain. ”Fungsi dari candi ini ada tiga versi dari beberapa peneliti,” ujar Sugeng, selaku penjaga kamis (8/3/2018).
Sugeng menjelaskan, versi yang pertama adalah sebagai pintu masuk ke bangunan suci. Namun, seharusnya bangunan ini tidak berdiri sendiri, melaikan ada dua bngunanan pendukung yang mana di halaman pertama harus berdiri gapura dengan type bentar, kemudian dihalaman kedua harusnya berdiri bangunan paduraksa, seperti Gapura Bajang Ratu, kemudian yang ketiga harus berdiri bangunan utama atau bangunan yang disucikan. Namun, dua bangunan itu baik yang pertama maupun yang terakhi belum ditemukan struktur bangunannya.
”Bisa jadi dua bangunan tersebut belum dibangun, sehubung dengan gapura yang ber type paduraksa ini dianggap belum selesai,” ungkap Sugeng.
Sugeng menjelaskan lebih lanjut, versi yang kedua dulunya bangunan ini merupakan bangunan suci, argumennya Candi Bajang Ratu adalah sebuah replika gunung dan juga bangunanya secara vertikal dibagi tiga bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Sementara untuk versi ketiga adalah sebagai monumen memperingati wafatnya Raja Majapahit yang kedua yakni Jayanegara. ”Didalam dari kitab Pararton disebutkan bahwa Raja Jayanegara kembali ke dunia Wisnu pada tahun 1328, dengan bukti adanya relif Sri Tanjung,” ujar Sugeng.
“Jadi dari masing-masing versi memiliki argumen seperti yang sampaikan tadi, sampai saat ini kita masih belum bisa memastikan, yang mana yang mendekati kebenaran, tapi tiga-tiganya mengandung undur kesucian. Tambahnya.
Namun, Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) hanya mengakui satu versi saja dari fungsi Candi Bajang Ratu, yakni sebagai pintu masuk ke sebuah banguanan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara.
”Dilihat dari gapuranya bentuknya paduraksa, itu biasanya digunakan untuk memasuki bangunan utama, tempatnya yang ada di halaman kedua, karena setelah pintu gerbang Bajang Ratu ada bangunan utama.. Sedangakan yang seperti di Wiring Lawang,  yang bentar itu pintu masuk biasa,” ungkap Ning Sriyati, selaku Kasub Unit pemamfaatan.
Candi Bajang Ratu ditemukan oleh Thomas Stonberg rafless pada tahun 1915, kemudian dilakukan penelitian, penggalian dan rekontruksi sampai tahun 1919. Namun, pada waktu itu bangunan ini masih belum memiliki nama. Baru pada sekitar tahun 1919 bangunan ini dinamakan  Bajang Ratu. ”Nama itu sudah ditemukan di catatan orang-orang belanda, jadi sejak tahun 1919 bangunan ini baru dikenal dengan nama Bajang Ratu,” ujar Sugeng.
Candi bajang ratu dibangun pada masa kerajaan Majapahit yang ketiga, Raja Tribuwana Tungga Dewi, kemudian sudah dilakukan beberapa renovasi, terakhir pada tahun 1989 sampai 1992. ”Sebelumnya hanya dilakukan rekontruksi saja oleh orang-orang Belanda dalam rangka penyelamatan candi ini,” kata Sugeng. ( lai)
Exit mobile version