TERNATE – Kasubid Sarana dan Prasarana Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam Republik Indoneisia (Ruchman Basory, MA) hari ini mengisi materi ‘Moderasi Beragama di Indonesia’, pada kegiatan PBAK 2019 di depan gedung E Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Ternate, Kamis (29/8/19).
Dalam materi berlangsung didampingi oleh Wakil Rektor III Dr. Adnan Mahmud, wakil Dekan II FTIK Drs. Ramli Yusuf, sebagai Moderator dan seluruh Panitia PBAK. Kegiatan PBAK 2019 IAIN Ternate telah berlangsung sejak kemarin tanggal 28-31 Agustus 2019. Selain itu, diakhir materi tersebut, Ruchman bersama-sama dengan Warek III serta seluruh Panitia PBAK dan mahasiswa baru menyanyikan lagu ‘Yaa lal Wathan’. Serta disisipkan dengan pemberian buku kepada kedua Mahasiswa Baru.
Ruchman Basory, MA dalam paparan materinya mengatakan, generasi milenial harus berkontribusi untuk menyelesaikan problem-problem kebangsaan. “Terutama gerakan intoleran dan radikalisme,” pesan Ruchman di hadapan 852 mahasiswa baru IAIN Ternate.
Ruchman pun menuturkan bahwa fenomena munculnya generasi milenial, akan memperkuat upaya preventif menangkal radikalisme. Generasi milenial cirinya cepat merespon perkembangan, terutama teknologi informasi, sebagai bekal menjadi generasi muslim masa depan di Indonesia.
“Meminta para mahasiswa untuk membekali dirinya dengan kebutuhan untuk berprestasi (need achievement). Penuhi kebutuhan nutrisi intelektual dengan belajar dan terus belajar. Jangan lupa untuk membangun jaringan (networking) untuk bekal di masa depan,” tuturnya.
Selanjutnya Ruchman menegaskan bahwa DNA atau geneologi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), termasuk IAIN Ternate adalah moderasi.
“Civitas akademika PTKI selama ini menjadi kekuatan moderasi beragama. Dalam hal ini, kekuatan utama Islam moderat (wasathiyah), “terangnya.
Ruchman menambahkan bahwa, satu hal yang menjadi kebanggaan kampus IAIN Ternate adalah karena telah membuka ruang buat sudara-sudara Non Muslim untuk menuntut ilmu disini, ini adalah satu hal positif yang harus diberikan apresiasi kepada kampus IAIN Ternate, kenapa hal ini harus dilakukan, karena ini adalah tuntutan zaman dan profesionalitas serta tuntutan dunia akademik demi memberikan keniscayaan untuk sudara-sudara kita dari Non Muslim.
Fenomena 8 orang mahasiswa IAIN dari Non Muslim ini, menjadi model dan bisa ditiru oleh IAIN yang lain, dan mengalami banyak penyesuaian aturannya dan kebijakannya untuk memperlakukan mereka di kampus ini.
“Bagi saya ‘Yes Oke’ dan tidak menjadi satu masalah untuk sudara-sudara dari Non muslim kuliah di IAIN Ternate ini, “paparnya.
Semoga mahasiswa baru IAIN Ternate, yang merupakan bagian dari generasi milenial tentunya memiliki ciri tersebut. Ruchman berpesan sebagai bagian dari generasi milenial, mahasiswa IAIN Ternate harus bisa memberikan warna berbeda.
“Mahasiswa IAIN Ternate harus menjadi garda terdepan moderasi beragama di Indonesia, karena memiliki kapasitas keagamaan dan daya intelektual yang cukup, “tutupnya kepada mahasiswa-mahasiswa berusia belasan tahun yang hadir mengikuti PBAK. (atir)





