Pendidikan

Takmir Masjid Sunan Kalijaga Yogyakarta Gelar Acara Curah Gagasan

foto : saat curah gagasan, di sunan kalijaga yogyakarta.
foto : saat curah gagasan, di sunan kalijaga yogyakarta.

YOGYAKARTA – Untuk mengembangkan kapasitas keilmuan dan pendalaman tentang agama, takmir masjid Sunan Kalijaga Yogyakarta gelar acara curah gagasan. Kegiatan yang diselenggarakan di Masjid UIN Sunan Kalijaga, Jalan Adisucipto, Kota Jogja, berjalan dengan lancar dan khidmat. Buktinya, acara curah gagasan yang mengambil tema ‘Muhammad, Pancasila dan Islam’, diikuti oleh para mahasiswa, dosen, serta pegawai yang ada dilingkup Kampus UIN Sunan Kalijaga, Senin (26/11/2018).

Dalam kegiatan itu, mendatangkan tiga narasumber sebagai pemateri acara curah gagasan. Penyampaian materi pertama disampaikan oleh narasumber Prof. Machasin sebagai Dosen UIN Sunah Kalijaga. Dirinya mengatakan menjalin hubungan persaudaraan antara seluruh penduduk Madinah dengan mengikat mereka semua dalam satu piagam yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Madinah.

“Dalam piagam itu, semua anggota kelompok diakui eksistensinya dan dilindungi hak-haknya. Semua memperoleh hak melaksanakan agama dan kepercayaannya tanpa boleh diganggu gugat oleh siapapun. Lalu semua juga sepakat tampil membela kota Madinah jika datang serangan dari luar, “kata Prof. Machasin.

Kedua, KH. H. D. Zawali Imron sebagai penyair, budayawan dan penulis itu mengatakan,
watak agama sesungguhnya adalah sebagai perekat solidaritas sosial. Karena ada nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan di dalamnya.

“Sudah tentu, agama berasal dari tradisi yang dimodifikasi oleh para pembawa pertamanya disesuaikan dengan apa yang dia yakini berasal dari perintah Tuhan. Kebijaksanaan orang-orang Nusantara memahami islam hanya teks saja. Jadi, moderenisme itu lebih kealat teknologi bukan pemikiran, “paparnya.

Dr. Nurul Hak sebagai narasumber terakhir sekaligus Ketua Program Studi Sejarah Peradaban Islam menjelaskan, belakangan ini ada sebagian kelompok yang menawarkan dasar negara baru untuk Indonesia. Dasar negara yang katanya lebih religius. Namun religiusitas ini didasarkan pada agama tertentu, bukan untuk seluruh agama. Bagi mereka, Pancasila dianggap kurang religius.

“Sebenarnya semua agama, apa pun itu, pasti mengajarkan nilai-nilai yang terkandung di setiap sila di Pancasila tersebut. Sila-sila yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai mulia. Dan butir-butir Pancasila merupakan fondasinya. Tanpa Ketuhanan semuanya tak bermakna, tak bertujuan dan tak memilikin arah, “tandasnya. (alif)

Exit mobile version