
TERNATE – Untuk memperingati hari Kartini, Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) IAIN Ternate dan Komite Perjuangan Internasional Women’s Day (KP-IWD) Kota Ternate, mengadakan Diskusi Publik dengan tema ‘Kartini Dalam Perjuangan Melawan Patriarki Dan Kolonialisme’ di kampus IAIN Ternate, atau lebih tepatnya di Taman Syari’ah, Selasa (30/4/2019).
Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah pemantik diantaranya, Irawati Harun dari PMII, Gamaria Mansur dari KP IWD, dan Meilani Caesarina dari SRIKANDI.
Dalam penyampaiannya, Meilani Caesarina mengatakan, bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan dalam tiap tahun mengalami peningkatan. Sehingga, perlu adanya penanganan serius dari pihak pemerintah agar angka kekerasan dalam perempuan bisa ditekan.
“Melihat fakta di lapangan, setiap tahunnya menunjukkan bahwa angka kekerasan terhadap perempuan itu setiap tahun meningkat, “ungkapnya.
Dijelaskan, banyak sekali terjadi kasus-kasus pelecehan yang dilakukan oleh dosen terhadap mahasiswanya yang kemudian tidak bisa diselesaikan oleh hukum, karena tidak ada payung hukum yang mampu mengakomodir dan mampu mewadahi para korban-korban pelecehan seksual didalam kampus, hal itu bisa terjadi karena kurangnya regulasi yang mengatur itu.
“Makanya kami mendorong Undang Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (UU PKS), karena Undang Undang sekarang yang memandang masalah pemerkosaan ini sangat sempit, “tutup Mei dalam penyampaian materinya.
Sementara itu, menurut Irawati Harun, soal gerakan perempuan saat ini kita harus bisa mewarisi semangat-semangat kartini, dalam hal ini mendobrak soal budaya patriarki.
“Kita bisa lihat saat ini budaya patriarki masih saja membelenggu pada orang-orang sekitar kita. Olehnya itu, kita perlu merekonstruksi paradigma publik soal patriarki, “paparnya.
Selain itu, dari KP IWD, Gamaria Mansur juga mengungkapkan, dalam perjalanan sejarah bangsa, mahasiswa memiliki peran yang penting. Sementara sekarang entah itu laki-laki maupun perempuan perannya sebagai mahasiswa sudah mulai hilang.
“Ini adalah PR sebenarnya, bahwa penting sekali kita yang masih konsisten dan masih ingin menyuarakan hak-hak kaum tertindas, itu masih membuka diri, masih akan terus berkampanye, entah itu melalui facebook, twitter, dan sebagainya,” pungkas dalam acara dialog publik. (ridal)





