
TERNATE – Aliansi Mahasiswa Komite Aksi May Day 2019, melakukan aksi unjuk rasa terkait dengan memperingati Hari Buruh sedunia, dalam aksi tersebut, massa aksi membawakan spanduk bertuliskan “Perkuat Konsolidasi Gerakan Rakyat. Bangun Kekuatan Politik Alternatif, Lawan Militerisme, Imprealisme Dan Kapitalisme”.
Dalam pantauan lenterainspiratif.com aksi yang berlansung pukul 13.30 WIT ini dipusatkan dibeberapa titik di Kota Ternate yakni, Dodoku Ali, Pasar Barito dan Taman Nukila, dengan jumlah massa aksi sebanyak kurang lebih 150 orang, rabu (01/5/2019).
Dalam aksi ini adapun beberapa organisasi yang terlibat diantaranya, Se-BUMI, SMI, Study Fala, KMP, KOPRI PMII, Falasany, CGMD, FNKSDA, KP-IWD, SEKBER, PEMBEBASAN, SRIKANDI, GARUDA, GBU, KOMITMEN, PPR, PUNK, SUPER, KPOP, KPR, serta Individu Pro-DEMOKRASI.
Dalam aksi tersebut massa aksi menuntut, naikkan upah buruh 100%, hapus PP No 78/2015 Tentang Pengupahan, Hapuskan Sistem Kerja Out Sourscing, Kontrak dan Mangang, Kurangi Jam Kerja 6 Jam Per Hari, Cuti Hamil Dan Melahirkan Selama 14 Bulan, Pelindungan Sejati Bagi Buruh Mingran Stop Hukuman Mati, Laksanakan Konvensi Buruh Migran, Adili Pelaku Pelanggaran Ham (1965-1998), Stop Pelanggaran Ham Di Papua, Cuti Haid Tanpa Syarat Untuk Buruh Perempuan, Cabut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Dan UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, Stop Pungutan Liar Di Lembaga Pendidikan, Cabut UU Ormas, Sahkan RUU-PKS, Menolak Diskriminasi Rasial Dan Seks, Tolak RUU DWI Fungsi TNI, Stop Diskriminasi Dan Stigma Buruk Masyarakat Bertato, Tolak Pemekaran Provinsi Papua Tengah, Tutup Freeport Dan Segala Pertambangan, Lawan Liberalisasi Sektor Pendidikan, Hapuskan Program Bela Negara Di Kampus, Stop Pembungkaman Demokrasi Dam Hapuskan Menwa, Pendidikan Dan Kesehatan Gratis, Jadikan Kampus Sebagai Tempat Konsolidasi, Tolak Penggusuran Di Kampong Makassar Timur Ternate, Lingkungan Yang Ramah Untuk Manusia: Lawan Kapitalisme Perusak Lingkungan, Tolak Pertambangan Dan Kelapa Sawit Di Maluku Utara, Cabut 313 Izin Usaha Pertambangan Dan Kelapa Sawit Di Maluku Utara, Revisi UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2013, Stop Intimidasi Dan Kriminalisasi Aktivis Lingkungan, Naikkan Harga Kopra 20.000 per Kg, Nasionalisasi Aset-aset Vital Dibawah Kontrol Rakyat, Land Reform Tanah Untuk Rakyat, Wujudkan Sistem Pertanian Yang Pro Terhadap Lingkungan, Tolak Pembangunan PLTU Di Maluku Utara, Hentikan Reklamasi Pantai Di Maluku Utara, Cabut Izin Usaha Perkebunan Dan Tutup PT. KSO Serta Kembalikan 2000 Hektar Tanah Petani Galela Tanpa Syarat, Buka Ruang Demokrasi (Kaum Miskin Kota/Desa, Petani, Nelayan, Buruh Dan Mahasiswa), Wujudkan Jaminan Sosial Bagi Seluruh Rakyat.
“Indonesia susah memberikan kesejahteraan kepada kaum buruh salah satu alasannya adalah setiap badan usaha milik negara sudah di suastanisasi, yang namanya suasta itu terdiri dari kapitalis-kapitalis internasional yang hanya berpikir mengenai modal, modal, modal dan keuntungan,” teriak Ronal dalam orasinya.
Salah satu orator lainnya, Upi, juga membeberkan dalam orasinya, tanggal 1 mei merupakan hari raya bagi kelas pekerja di seluruh dunia, hari raya bagi umat muslim yang miskin dan menyandang kategori klas pekerja di dunia, hari raya bagi umat kristen yang miskin dan menyandang kategori klas pekerja di dunia. Tanggal satu mei merupakan hari raya bagi kelompok agama hindu, budha dan agama lainnya yang menyandang kategori klas pekerja di seluruh dunia.
“Kita tidak bisa titipkan nasib buruh kepada Jokowi dan Prabowo yang bertarung 17 april 2019 kemarin, problem buruh akan bisa di selesaikan oleh buruh itu sendiri, sudah saatnya mahasiswa mengintegrasikan diri dengan sektor-sektor gerakan rakyat, sektor petani, sektor buruh, sektor nelayan, dan sektor rakyat tertindas lainnya untuk membangun satu kekuatan untuk bangun suatu partai alternatif,” beber Upi dalam orasinya.
Kordinator lapangan, Rudy, saat dikonfirmasi menuturkan, momen hari buruh ini bukan saja tuntutan untuk buruh, melainkan ada tuntutan-tuntutan disektor yang lain, petani, nelayan, perempuan, dan sebagainya.
“Sebenarnya dalam momentum hari buruh ini para buruh harus di liburkan, karena sumbangan buruh terhadap May Day itu cukup besar dan bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat, dan itu menjadi keputusan nasional, libur secara nasional, tapi kenapa pemerintah provinsi tidak meliburkan buruh-buruh yang ada disini,” tuturnya.
Partai alternatif, kata rudi, adalah PR bagi kami setelah revormasi ini, karena dalam kepentingan situasi nasional, kepentingan pemilu, kepentingan oligarki, dimana-mana ada upaya untuk membangun kekuatan alternatif dengan tahap golput kemarin.
“Unsur-unsur yang akan membangun partai alternatif adalah unsur-unsur yang mandiri, demokratis, dan berprinsip kerakyatan, tanpa anti terhadap demokrasi dan menempel terhadap elit, karena rakyat tidak mungkin bisa sejahtera setara dan merdeka kalau menggantungkan nasibnya kepada elit, kita tau lah watak elit di Indonesia,” tukas Rudy. (ridal)





