Mojokerto, LenteraInspiratif.id – Kerajinan tenun ikat di Mojokerto masih bertahan di tengah banyaknya produk tekstil modern. Salah satu pengrajin yang terus melestarikan kain tradisional ini adalah Budi Iswanto, pemilik ERHA LESTARI, yang berlokasi di Desa Kedung Uneng, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto.
Budi menceritakan bahwa ia sudah menjalankan usaha ini sejak tahun 2012. Tenun yang dibuat di tempatnya memiliki motif khas Mojokerto, seperti Surya Majapahit dan Candi Wringinlawang. Selain itu, ada juga motif-motif umum yang banyak disukai pelanggan.
“Bahan bakunya benang putih, belinya dari Surabaya. Sebelum ditenun, benang harus diwarnai dan diberi motif dulu. Prosesnya cukup lama, sekitar satu minggu, karena ada 13 tahap yang harus dilakukan, mulai dari perendaman, pewarnaan, penggulungan, sampai proses menenun,” jelasnya, Senin (24/2/2025).
Harga kain tenun berukuran 2,5 meter dijual Rp250.000 per potong, sedangkan sarung goyor dihargai Rp350.000. Pemasaran kain ini sudah sampai ke berbagai kota di Jawa Timur, seperti Surabaya dan Kediri, bahkan hingga ke luar Jawa, yaitu Sulawesi.
“Kebanyakan yang pesan itu instansi pemerintahan. Kalau pembeli perorangan biasanya datang langsung ke tempat, tergantung stok yang ada,” kata Budi. Menurutnya, saat bulan Ramadhan, permintaan untuk sarung goyor meningkat pesat.
Saat ini, ERHA LESTARI masih memiliki tenaga kerja yang terbatas, yaitu dua orang di bagian tenun serta tiga orang di bagian ikat dan gulung. Budi berharap ke depannya usahanya bisa semakin berkembang dan bisa membuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
“Kami ingin usaha ini maju supaya bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja warga sekitar,” harapnya.
Dengan usaha yang terus berjalan, Budi berharap tenun ikat tetap lestari dan semakin dikenal luas oleh masyarakat.