lenterainspiratif.id | Mojokerto – Kota Mojokerto bisa dikatakan Kota yang mempunyai tempat wisata sangat minim. Namun, sebenarnya Kota Mojokerto memiliki beberapa tempat yang bisa berpotensi untuk menjadi sebagai tempat wisata. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang maksimal, menyebabkan tempat-tempat tersebut sering terbengkalai, Bor-boran di Sekarputih misalnya.
Salah satu contohnya Seperti kompleks Pemandian Bor-Boran di Sekar Putih yang saat ini bernama “Gedung Pendidikan dan Pelatihan Kota Mojokerto”. Kompleks ini berlokasi di Jalan Sekar Putih, Kecamatan Kedundung, Kelurahan megersari, Kota Mojokerto.
Berbicara tentang kompleks pemandian Bor-Boran, pasti identik dengan air mancur hangat yang berada di tengah-tengah kolam renang yang ada di area tersebut dan inilah yang biasa di sebut Bor-Boran oleh orang-orang.
Menurut cerita Suhertiningsih, warga sekitar yang juga membuka warung dan berjualan jamu di sekitar area tersebut, Bor-boran ini dulunya di bangun pada jaman Belanda. Konon, Bor-Boran ini sebenarnya bisa di katakan produk gagal Belanda saat akan mengebor minyak bumi.
“Saat itu sudah ada proses pengeboran, namun hampir setengah kilo proses pengeboran tersebut, tiba-tiba bornya putus atau apa gitu, lalu keluar air berwarna kuning semacam solar, namun lama-kelamaan air tersebut menjadi jernih,” ceritanya.
Menurutnya, dulunya air yang keluar sangatlah banyak, bahkan sangat cukup bila di gunakan sebagai pengairan persawahan yang ada di sekitar lokasi Bor-boran itu. Namun sekarang sudah surut dan hanya cukup untuk sekedar mandi saja.
“Sampai saat ini airnya itu sudah terkenal di mana-mana, serta di percaya bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Misalnya stroke, linu, asam urat dan lain-lain. Dan memang terbukti banyak yang bisa sembuh. Karena airnya sendiri memang asli berasal dari sumber yang hangat dan mengandung welirang.
arena airnya yang keluar hangat, kandungan air di Bor-Boran ini bisa dikatakan sama seperti yang ada pada pemandian di Pacet. Sebenarnya airnya sangat bersih, bahkan bisa saja lebih bersih daripada pemandian air hangat yang ada di Pacet, namun keluar airnya itu hanya sedikit, karena terendap kotoran,” jelasnya.
Di dalam kompleks tersebut, sebetulnya tidak hanya terdapat kolam yang di tengahnya ada Bor-Borannya saja. Di dalam area kompleks tersebut juga ada kolam seperti empang yang di dalamnya terdapat ikan hias. Selain itu di area ini juga ada beberapa bangunan. Antaranya, gedung seperti joglo atau ruang terbuka, gedung yang berupa ruang-ruang kelas, kamar mandi dan WC, serta ada juga gedung seperti mushollah atau tempat sholat.
“Di dalamnya terdapat ruang makan juga,” tutur Unam.
“Dulunya tempat ini masyarakat sekitar yang mengelola. Dan sempat ada penggunaan karcis juga. Tapi pada akhirnya pemerintah kota mengambil alih. Karena memang tanahnya sendiri dulunya tidak bersertifikat. Setelah itu, ada pembangunan serta renovasi oleh pemerintah dan saat ini perfungsi untuk pendidikan dan pelatihan-pelatihan pegawai pemerintahan. Namun hanya pada waktu tertentu. Kadang juga untuk kegiatan sekolah, seperti Pramuka. Selebihnya hanya dibiarkan sepi begitu saja. Hanya ada beberapa pengunjung saja yang datang untuk mandi,” ungkap Pria yang bertempat tinggal di wilayah Sekar Putih tersebut.
“Tempat ini dulu juga sempat ada tawaran, jadikan hotel,” imbuhnya.
Sayangnya, tempat sebagus yang sebenarnya sangat berpotensi sebagai tempat wisata, khususnya bagi Kota Mojokerto, terbengkalai begitu saja. Seandainya saja mungkin pemerintah lebih perhatian untuk menanganinya, bekerjasama dengan pihak pariwisata misalnya, maka tidak menutup kemungkinan tempat tersebut tidak akan kalah dengan tempat wisata-wisata lain yang ada di wilayah Kapupaten Mojokerto, misalnya Wisata Desa dan pemandian air panas di Pacet.
“Sebenarnya kalau ada perbaikan dan pembangunan bisa menjadi wisata yang sangat bagus. Karena tanahnya sendiri begitu luas. Apalagi kalau saluran air Bor-Borannya itu bersih dan airnya dapat keluar dengan lancar seperti dulu lagi, saya yakin bisa sama bahkan lebih menarik bila di bandingkan dengan pemandian air panas yang ada di Pacet. Namun pengelolaannya yang kurang maksimal menjadikan tempat ini terbengkalai dan tidak terurus,” tutup Suhertiningsih. ( ainul yaqin)