
JEMBER – Musyawarah Daerah (Musda) ke-XX Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang berlangsung di Jember pada tanggal 7 hingga 9 Desember 2018 kemarin, berujung pada konflik antar cabang IMM se-Jawa Timur. Sebab, saat memasuki tahap akhir pemilihan, ada sebanyak 12 cabang yang merupakan separuh dari jumlah cabang IMM se-Jawa Timur telah memilh untuk melakukan walk out atau keluar dari forum permusyawarahan.
“Beragam perspektif pembelaan yang dilakukan oleh DPD dan panlih untuk mengkondusifkan forum ternyata tidak mampu menuai hasil. Forum menjadi semakin tidak kondusif, nalar-nalar yang dibangun nyatalah semakin menampakkan kecacatan dalam moment yang seharusnya berlangsung khidmat tersebut, “terang Milada Romadhoni Ahmad, saat dikonfirmasi pada Senin (17/12/2018).
Hal itu, tentu akan berfikir dua kali jika hendak melanjutkan proses yang ternyata cacat. Karena diduga ada oknum (kader, red) yang bermain dan juga ada pihak yang sengaja mempergunakan kekuasaanya untuk mengkondisikan hasil dari kemauan musyawirin.
“Jika hal tersebut masih bisa ditolelir dan dimaklumkan dalam acara pemilihan pemimipin sekelas DPD atau Jawa Timur. Kami seluruh cabang yang telah tergabung pada nalar sehat pengkaderan, akan tetap melakukan penolakan, dan sangat mengecam tindakan sarkas tersebut. Bagi kami kekuasaan itu kepercayaan, bukan kaleng-kaleng suara. Kami akan tetap mengusahakan terulangnya arena pemilihan yang fair, kalah dan menang itu keniscayaan, yang terpenting dan utama bagi kami adalah proses yang menyehatkan, “tandasnya.
Diketahui, beragam kecacatan tersebut antara lain:
1. Waktu yang lama tertunda dan jauh dari jadwal acara yang tertulis
2. Jumlah peserta musyda yang semenjak awal tidak jelas
3. Kerja panlih yang tidak transparan
4. Kontradiksi koordinasi antara panlih dan DPD (panlih telah memberikan informasi hoax dan sembrono)
5. Pengumuman peserta musyda yang memiliki hak pilih dilakukan di penghujung acara menjelang pemilihan
6. Pemutusan hak pemilih yang cenderung sepihak, 26 komisariat se-surabaya yang sejak awal telah semarak menjadi peserta, ternyata hanya diputuskan menjadi 19 komisariat (alasan panlih lemah sekali)
7. Akhirnya panlih dan DPD saling lempar tanggungjawab atas kerancuan tersebut, musyawirin terkejut atas fenomena ‘kedewasaan’ DPD IMM Jawa Timur. (yus)





