Lenterainspiratif.com | Surabaya – Seorang petugas Satgas COVID-19 di Surabaya diserang keluarga korban dengan kotoran manusia saat tengah menjemput pasien positif COVID-19. Aksi tak terpuji itu dilakukan oleh istri korban.
Kronologi kejadian itu di paparkan oleh Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara, ia mengatakan kejadian tersebut bermula ketika Pemkot Surabaya menggelar tes swab massal untuk penghuni Rusun Bandarejo, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo pada Rabu (23/9). Yang hasilnya keluar lima hari kemudian.
“Pada saat tes swab massal kepada Bapak X. Namun saat itu, petugas datang keluarganya tidak berada di rumah (rusun). Yang ada hanya Pak X saja,” kata Febri Rabu (30/9/2020).
Ketika hasil swabnya sudah keluar, korban yang tidak disebutkan identitasnya itu dinyatakan positif COVID-19. Kemudian petugas COVID-19 dari Puskesmas Sememi
melakukan tracing kepada orang yang bernah kontak erat dengan pasien.
Diketahui bahwa pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya. “Ternyata, Bapak tersebut memiliki komorbid dan menurut petugas itu membahayakan kesehatan pribadinya. Sehingga mau nggak mau harus dirujuk ke Rumah Sakit BDH. Namun teman-teman tracing ini tidak mudah, salah satu anaknya melakukan penolakan,” ungkap Febri.
Kemudian pada hari Selasa (29/9), Satgas COVID-19 datang kembali untuk melakukan mediasi, dengan harapan keluarga tersebut mengizinkan pasien dirujuk ke RS BDH, yang berada di Benowo. Febri menjelaskan, setelah mediasi, akhirnya petugas mendapatkan kesepakatan. Sang anak memberikan izin kepada petugas untuk membawa ayahnya dirawat di rumah sakit.
“Ada kesepakatan (pihak keluarga), oke bersedia. Anak pertamanya bersedia, welcome karena sudah diberi penjelasan oleh satgas untuk dirujuk. Karena mengingat ada komorbidnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” imbuh Febri.
Karena kondisi pasien sudah tidak memungkinkan untuk berjalan sendiri, petugas kemudian menyiapkan tandu untuk membawa korban.
“Ketika masuk, teman-teman satgas itu sudah menggunakan hazmat mencoba untuk menjemput. Namun ternyata istri dari Bapak itu keluar dari ruangan sambil membawa bingkisan (berisi kotoran),” terang Febri.
Petugas memberikan penjelasan kepada pasien, bahwa penjemputan yang dilakukan agar pasien bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik.
“Teman-teman sudah menjelaskan, ngapain mau melakukan perbuatan itu, karena ini untuk kebaikan bersama dan kepentingan keluarga Ibu juga. Namun sudah disampaikan seperti itu, yang bersangkutan tetap saja mengambil bingkisan (berisi kotoran) lalu melumurkan ke pakaian para petugas. Karena petugas harus melakukan evakuasi, petugas tidak melakukan perlawanan, berusaha memaklumi, Alhamdulillah berhasil mengevakuasi dan membawa ke RS BDH,” paparnya.
Setelah peristiwa tersebut, kini seluruh anggota keluarga pasien bersedia untuk menjalani test swab, meskipun pada awalnya mereka menolak.
“Alhamdulillah hari ini mereka mau dilakukan tes swab. Dan dilakukan isolasi di tempat yang disediakan pemkot,” lanjut Febri.
Pemkot Surabaya menilai, peristiwa itu terjadi karena masih kurangnya pemahaman warga mengenai bahaya COVID-19.
“Mungkin pemahaman COVID ini belum luas. Pemerintah Kota mencoba memahami itu, sekarang kami ingin mensosialisasikan lebih masif lagi, karena sebenarnya ini buka aib dan harus ditangani. Kalau nggak akan merugikan kita sendiri,” pungkas Febri. (fi)