
Mojokerto – Puluhan ibu – ibu wali murid MI MA’ARIF NU SYUHADA’ mendatangi sekolahan MI MA’ARIF NU SYUHADA’ di Jl. Raya Gedang Klutuk No. 17a Gedang Klutuk, Banjaragung Puri Mojokerto untuk menuntut kepala sekolah MI MA’ARIF NU SYUHADA’ turun dari jabatanya lantaran dianganggap selama menjabat tidak bersikap transparan, arogan terhadap murid dan tindakan pemecatan sepihak terhadap 3 orang guru. kegiatan aksi masa tersebut berjalan dengan damai tidak ada kegitan yang anarkis.
Berdasarkan pantauan media Lentera Inspiratif.com aksi tersebut dalam proses penyampaian aspirasinya di mediasi oleh kapolsek puri AKP sukadi SH dan di terima langsung oleh pihak pengurus yayasan yang baru.
M selaku perwakilan dari walimurid (yang tidak mau disebutkan namanya) menyampaikan bahwa, mereka mepertanyakan tentang Surat keputusan (SK) pemberhentian Hayyan S.pdi selaku kepala sekolah , namun tidak mau turun dari jabatanya, yang sebelumnya sudah ada kepala sekolah yang baru sudiyono S.pd dengan SK nomor y.shd/54/SK.KA.MI/11/2018.
” sangat aneh baru di angkat menjadi kepala sekolah selama 3 bulan pak sudiono tiba tiba di turunkan kembali bahkan jam pelajaran ditiadakan oleh pihak sekolah. bukan hanya itu pihaknya pun juga mempertanyakan kenapa sekolah yang dulunya tidak pernah sama sekali ada tindak kekerasan kenapa saat di pimpin pak kayyan terdapat kekerasan parahnya pak kayan sendiri yang melakukan kekerasan, dan kenapa pihaknyapun tidak melaporkan tindakan pak kayyan pada polisi, hal itu karena kami inggin duduk bersama dan punya etikat baik” terang m
sementara itu sugiarto selaku perwakilan dari pihak yayasan dan sekolah mengatakan bahwa ” surat SK yang di terima oleh walimurid tentang pemberhentian bpk hayyan sebagai kepala sekolah tidak sampai ke tangan beliau”. dan sampai saat ini kami juga tidak menerima sk tersebut terang beliau.

selain itu isfa’iyah selaku guru dan pengurus yayasan berpendapat bahwa kejadian ini merupakan pembelajaran dan evaluasi kinerja dan pelayanan pada siswa – siswi bagi pihak sekolah dan yayasan.
Dalam kegiaatan tersebut banyak pihak yang tidak hadir, pihak dari yayasan dan beberapa guru yang sudah dikeluarkan. Dan akhirnya pihak desa mengambil alih dan membantu menyelesaikan masalah yang terjadi agar tidak menimbulkan konflik lagi dan agar tidak berimbas pada ketidaknyamanan para siswa siswi saat belajar. setelah sepakat menyelesaikan di kantor kelurahan, mereka mengakhiri dengan berdoa dan bersalaman antara pihak wali murid dengan pihak sekolah dan yayasan.
Di sisi lain hayyan sebagai kepala sekolah yang melakukan tindak kekerasan terhadap salah satu murid usai mediasi langsung pergi, dan Saat akan di konfirmasi dirumahnya atas kejadian tersebut hayyan terkesan menghindari wartawan. (lailatul)





