lenterainspiratif.id | Mojokerto – Brenjonk merupakan sebuah kampung organik di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Nama itu berasal dari Komunitas Brenjonk Lestari yang menginisiasi pendirian kampung tersebut sekitar tahun 2003 yang lalu. Sesuai namanya, branding kampung organik mengacu pada kultur bertaman sayur yang warga setempat kembangkan.
Pendirian kampung organik bermula dari pelatihan bertaman sayur yang Komunitas Brenjonk Lestari ajarkan kepada warga Desa Penanggungan trawas. Lewat pelatihan tersebut, warga diajak membangun taman sayur mayur di rumah masing-masing.
Tujuannya, warga dapat menjadi penghasil makanan sendiri, mulai dari menanam di ladang hingga menyajikannya di atas piring.
Langkah ini sekaligus meng-kampanye-kan gaya hidup sehat dengan rajin mengonsumsi sayur dan buah-buahan. Apalagi, cara menanam yang Brenjonk ajarkan adalah pertanian organik. Warga di sana memanfaatkan limbah kotoran sebagai pupuk, sehingga hasil tanaman terjamin ke-alami-anya tanpa campuran zat berbahaya.
Hanya dengan Rp 25 ribu/orang, wisatawan dapat menjelajah seantero kampung organik Brenjonk.
Pemandu yang juga merangkap sebagai narasumber akan memberikan wawasan tentang pertanian organik. Mulai dari pembibitan, penyiapan lahan, proses tanam, perawatan tanaman, proses panen, hingga pengolahan pasca panen.
“Rata-rata dalam setahun, wisatawan yang datang mencapai seribu orang. Kunjungan wisatawan ini kami manfaatkan untuk mengkampanyekan pertanian organik,” kata Slamet warga kampung organik Brenjonk di situ.
Puas menjelajah dan mempelajari kampung organik, kuliner khas Brenjonk juga siap mengisi perut para pengunjung. Food court yang ada di kampung ini menyajikan aneka masakan kampung dengan bahan organik. Beras, jagung dan sayur-sayuran yang menjadi bahan masakan merupakan hasil panen pertanian organik di kampung ini.
Kampung Organik Brenjonk Menyediakan Masakan Tradisional
“Untuk makan, kami kenakan biaya tambahan Rp 15-25 ribu per orang, tergantung menu yang mereka inginkan,” ujar Slamet.
Namun, jangan bayangkan kuliner yang tersuguhkan layaknya di restoran ternama. Menu di kampung organik Brenjonk khusus masakan orang desa. Semisal sayur bening, sayur asem, lodeh, urap-urap, nasi jagung, dadar jagung dengan lauk ayam kampung, ikan tongkol, bandeng atau ikan asin.
“Nasi jagung dengan urap-urap dan ikan asin sama lodeh nangka muda menjadi menu favorit pengunjung di sana.” ungkap Slamet.
Brenjonk juga menerapkan konsep urban farming, sehingga tak memerlukan lahan luas untuk bertaman sayur. Warga dapat membangun green house berukuran kecil di sekitar rumahnya, atau menanam sayur mayor di pot, polybag, hingga paralon.
Berawal dari dana pinjaman menuju ke destinasi Edu-wisata
Untuk memulai bertaman sayur, warga mendapatkan dana pinjaman untuk membeli bibit, kelengkapan green house, serta media tanam.
Nantinya, warga mengumpulkan hasil tanaman mereka menjadi satu dan menjualnya ke berbagai pusat penjualan sayur menggunakan nama Brenjonk sebagai merek dagang.
Hasil keuntungan warga kembalikan kepada Brenjonk sebagai pengganti modal awal. Jika telah lunas, keuntungan sepenuhnya menjadi milik warga.
Kini, kampung organik Brenjonk semakin berkembang dan menjadi destinasi edu-wisata.
Pengunjung dapat mengikuti pelatihan menanam organik dari pengelola Brenjonk usai mendaftar terlebih dahulu. Sebab, banyak akademisi melakukan penelitian atau studi lapang di sana.
Brenjonk menawarkan suasana kampung yang asri. Pengunjung dapat menyusuri rumah-rumah warga yang dikelilingi hijaunya taman sayur dan buah-buahan. Mulai dari tomat, bayam, kangkung, labu sayur, hingga buah-buahan seperti pisang dan salak.
“Bagi pengunjung yang mau menginap, kami sediakan kamar di rumah-rumah warga,” tambahnya.
Seperti desa lainnya di Kecamatan Trawas, kampung organik Brenjonk juga terkenal dengan buah duriannya. Tetapi tentu saja durian di kampung ini juga menggunakan teknik penanaman organik.
“Kalau durian kami jual Rp 25 ribu/Kg, pisang jenis ambon Rp 17 ribu/Kg, salak Rp 6 ribu/Kg,” dan harga bisa naik lagi tergantung musim nya papar Slamet.
Pemandangan yang indah dan sedap dipandang mata. Di sana juga disediakan sebuah kafe yang menyediakan menu makanan organik untuk mengisi perut.
Sebagai buah tangan, pengunjung dapat berburu aneka sayur mayur dan buah-buahan organik. Baik membelinya secara langsung kepada warga atau mendatangi pusat penjualan Brenjonk. Harga yang ditawarkan murah meriah, namun kualitasnya tak kalah dengan produk sejenis di pasar swalayan. ( ainul yaqin)